Ilmu Al Quran 2

 

  


Alquran Menurut Bahasa secara bahasa diambil dari kata: وقرانا- قراة- يقرا - ا قر yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran.juga memiliki arti yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.Oleh karena itu Alquran harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara istilah Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Nah bagaimana prosesnya?Jadi Ketika setiap Rasulullah SAW mendapatkan wahyu, beliau langsung menyampaikannya kepada para Sahabat. Adapun Sahabat yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.

Penulisan Al-Qur’an tercatat masih sederhana dan berserakan pada beberapa media seperti pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat Rasulullah SAW langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Penulisan Al-Qur’an pada saat itu belum terkumpul menjadi satu mushaf, karena tidak ada faktor pendorong dalam membukukan Al-Qur’an mengingat Rasulullah SAW masih hidup dan para Sahabat juga menghafal. Alasan lain, karena Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur atau bertahap.

Pada Masa Khalifah Abu Bakar

Pada masa ini banyak sahabat Hafidz mati Syahid karena ikut berperang. Maka dari itu, Utsman bin Affan mulai risau dan memikirkan masa depan akan Al-Qur’an. Kemudian sedikit berdialog dengan Khalifah Abu Bakar untuk pengumpulan kembali Al-Qur’an.

Akhirnya, beliau meminta Zaid ibn Tsabit (salah satu mantan juru tulis Nabi Muhammad SAW). Untuk mengumpulkan kembali dan menuliskan Al-Qur’an agar menjadi lembaran yang dapat disatukan.

Setelah Al-Qur’an sudah menjadi satu mushaf yang tersusun secara rapih, kemudian mushaf tersebut disimpan oleh Abu Bakar hingga beliau wafat. 

Fungsi Alquran

Al-Huda (Petunjuk)

Alquran berfungsi sebagai petunjuk yang terdiri dari 3 jenis, yaitu petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, dan petunjuk bagi orang yang beriman.

Al-Firqon (Pembeda)

Alquran sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil, yang benar dan yang salah. Dengan membaca dan memahami Alquran, kita dapat mengetahui mana yang baik dan benar dalam kehidupan kita.

Al-Asyifa (Penyembuh)

Alquran bisa menjadi obat bagi penyakit mental. Dengan membaca Alquran dan mengamalkannya, kita dapat terhindar dari berbagai penyakit hati atau mental. Membaca Alquran juga dapat memberikan pencerahan bagi orang yang beriman.

Al-Mau'izah (Nasihat)

Dalam Alquran terdapat banyak ilmu dan juga nasihat-nasihat dalam menjalani kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa. Nasihat yang ada di dalam Alquran biasanya juga digambarkan dengan sebuah peristiwa atau kejadian di masa lalu, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.

 

TURUNNYA AL-QURAN

Turunnya Al-Qur’an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat.

Diketahui bahwa Muhammad s.a.w, pada awal turunnya wahyu pertama (iqra’)  Al-Alaq ayat 1-5 , belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: “Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan” (QS 74:1-2) QS. Al-Muddassir.

Para ulama ‘Ulum Al-Quran membagi sejarah turunnya Al-Quran dalam dua periode: (1) Periode sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.

Ciri dan Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah Untuk mengetahui perbedaan surah Makkiyah dan Madaniyah, perlu diketahui ciri-ciri kedua jenis surah tersebut.

Secara umum, surah Makkiyah terdiri dari ayat-ayat yang pendek serta menjelaskan tentang akidah dan keimanan.

Sementara itu, surah Madaniyah membahas tentang muamalah dan perkara sosial-kemasyarakatan.

Periode Mekkah berlangsung selama sekitar 12 tahun, 15 bulan, 13 hari  masa kenabian Rasulullah SAW. Surah-surah yang turun pada dalam waktu 13 tahun awal Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di gua Hira tergolong surah Makkiyah.

Ciri2 Surah Makkiyah

·        Surah Makkiyah didominasi oleh ayat-ayat pendek.

·        Surah Makkiyah didominasi oleh pembahasan mengenai masalah akidah.

·        Setiap surah yang di dalamnya mengandung ayat sajdah adalah surah Makkiyah.

·        Setiap surah di dalamnya dinyatakan lafal "Kallâ" adalah surah Makkiyah. Lafal itu dinyatakan sebanyak 33 kali dalam 15 surah.

·        Setiap surah yang didahului dengan panggilan: "Yâ Ayyuhâ an-Nâs" (Wahai Manusia) atau "Yâ Banî Adam" (Wahai Anak Adam).

·        Setiap surah yang diawali dengan "Fawatih as-suwar" adalah surah Makkiyah. Setiap surah yang mengandung kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu, kecuali kisah Adam dan Iblis yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah adalah Makkiyah


Periode madaniyyah (Surat Madaniyyah)9 tahun, 9 bulan, 9 hari.Jumlah 11 juz. 28 surat.

 

Ciri2 Surah Madaniyah

·        Surah Madaniyyah didominasi oleh ayat-ayat yang panjang;

·        Surah Madaniyah didominasi oleh pembahasan mengenai masalah sosial kemasyarakatan dan hukum;

·        Lazimnya didahului dengan panggilan: "Yâ Ayyuhâ al-Ladzîna Amanû" (Wahai orang-orang yang beriman),

·        Membuat bantahan terhadap ahli Alkitab (Yahudi dan Nasrani)

·        Surah-surah Madaniyah menyebutkan tentang orang-orang munafik, kecuali surah Al-Ankabut.

 

Dikutip dari buku Ulumul Quran (2011) yang ditulis Ahmad Izzan, cara mengidentifikasi ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Quran tidaklah mudah. Ulama tafsir berusaha melakukan identifikasi dengan dua cara, yakni riwayat dan analogi hasil ijtihad (qiyas al-ijtihad).

Pertama, cara mengidentifikasinya didapatkan dari informasi para sahabat yang mengatakan tentang turunnya ayat-ayat atau riwayat tabiin yang mendengar langsung dari sahabat mengenai turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut. Kedua, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul atau kejelasan tempat turunnya sehingga cara yang bisa ditempuh adalah memperhatikan ciri-ciri ayat Makkiyah atau Madaniyah pada ayat tertentu sebagaimana terlihat dalam ciri-ciri surah Makkiyah dan Madaniyah di atas.


Kalangan ulama berbeda pendapat mengenai berapa jumlah ayat dan surat yang diturunkan selama periode Makkah maupun Madinah. Sejumlah ulama menyebutkan, ayat Makkiyah berjumlah 4.726 yang tersebar dalam 89 surat. Namun, sebagian ulama lainnya ada yang berpendapat ayat-ayat Makkiyah ini hanya terdapat pada 86 surat di dalam Alquran.   

Sementara mengenai jumlah ayat Madaniyah, beberapa ulama Alquran menyebutkan ada sebanyak 1.510 ayat yang tersebar dalam 25 surat. Tetapi, ulama lainnya menyebutkan, ayat-ayat Madaniyah ini hanya terdapat pada 28 surat di dalam Alquran.

Ada surat yang termasuk Makkiyah, namun beberapa ayat di dalamnya turun di Madinah. Begitu juga sebaliknya. Surat Al-An'am, misalnya, termasuk surat Makkiyah, tetapi ayat 151 turunnya di Madinah; surat An-Nahl termasuk Makkiyah, tetapi ayat 126-128 turun setelah hijrah, di Madinah. Ini juga terjadi dalam surat-surat Madaniyah. Surat At-Taubah semua suratnya turun di Madinah kecuali dua ayat terakhirnya, yakni ayat 128-129 yang turun di Makkah. Surat Al-Baqarah juga Madaniyah, tetapi ayat yang ke-272 turun di Makkah. Juga, surat Al-Anfal, ayat ke-64 turun di Makkah.

Mushaf Alquran yang ada sekarang ini terdiri atas 114 surat, dan terklasifikasi ke dalam 30 juz. Dari 30 juz itu, menyisakan pertanyaan yang terus mengemuka, mengapa susunan surat-surat dalam Alquran tidak disesuaikan dengan susunan turunnya? Susunan yang ada sekarang seolah-olah tidak teratur. Tumpang-tindih antara yang Makkiyah dan Madaniyah. Kaum orientalis menilai bahwa Alquran tidak sistematis, kacau, banyak pengulangan, dan saling bertentangan.

Tidak hanya dari kalangan orientalis yang mempertanyakan hal itu. Umat Muslim pun banyak yang masih belum memahami model penyusunan Alquran yang demikian. Akan tetapi, karena ada landasan keimanan yang cukup kuat bahwa memercayai kebenaran Alquran bagian dari rukun iman, masalah-masalah tersebut tidak menimbulkan persoalan.

Urutan Surat

Lalu, bagaimana proses penempatan urutan surah yang demikian itu? Terdapat dua pendapat mengenai masalah ini. Yang pertama mengatakan bahwa susunan tersebut hasil ijtihad para sahabat Nabi SAW. Sedangkan, pendapat kedua mengatakan bahwa urutan tersebut merupakan  tauqifi (sesuai petunjuk Nabi). Pendapat kedua dinilai banyak ulama lebih kuat dari yang pertama, bahwa Nabi Muhammad memberikan petunjuk dalam penempatan setiap surat setelah dikabarkan oleh malaikat Jibril dari Allah SWT.

Posting Komentar untuk "Ilmu Al Quran 2"